DISLEKSIA
Disleksia adalah kesulitan belajar spesifik, tidak dapat disembuhkan, akan disandang
seseorang seumur hidupnya, jadi dia hanya menemukan strategi untuk menutupi kelemahannya tersebut.
Disleksia adalah kesulitan untuk membaca, menulis, mengeja, berkomunikasi/berbahasa ekspresif-reseptif, terkadang berpengaruh pada penguasaan matematika, kesemuanya ini atau sebagian adalah kesulitan yang tidak sesuai tingkat umurnya.
Disleksia bukan keterlambatan perkembangan atau kesalahan pola asuh. Dapat menimpa anak dengan IQ normal bahkan di atas normal. Biasanya performance IQ dan IQ verbal berbeda sampai 10 digit. 23-65% orangtua disleksia akan memiliki anak disleksia juga.
Anak disleksia dapat mulai di observasi pada saat TK, atau pengenalan huruf dan angka. Ciri spesifik adalah sering tertukar huruf m,n, b, d, p, angka 1, 7, 6, 9. Dapat diamati juga pada saat menulis yang sering terbalik arah untuk angka atau huruf tertentu. Anak disleksia sulit melabel huruf, angka, warna, dan objek.
Membaca adalah tugas dari otak kiri. Pada anak-anak disleksi ukuran otak kanan dan kiri tidak seimbang, terjadi hambatan oksigen dan darah yang menuju otak kiri.
Anak disleksia sangat sulit mengeja-membaca silabel (suku kata) baginya lebih mudah mempelajari kata secara langsung.
Anak disleksia mengalami delayed auditory processing, ia kesulitan mendeteksi suara target di tengah kebisingan. Contoh kata "makan" matanya telah melihat huruf "m" tapi auditorinya belum sampai, ketika matanya sampai huruf "n" auditorinya baru sampai "m".
Walau tampak sulit, setiap anak disleksia bisa survive asal kita orang dewasa membantunya menemukan strategi yang tepat. Sekali lagi Disleksia tidak dapat disembuhkan, tapi dapat diakali.
Apa yang biasanya dilakukan?
Disleksia adalah kesulitan belajar spesifik, tidak dapat disembuhkan, akan disandang
seseorang seumur hidupnya, jadi dia hanya menemukan strategi untuk menutupi kelemahannya tersebut.
Disleksia adalah kesulitan untuk membaca, menulis, mengeja, berkomunikasi/berbahasa ekspresif-reseptif, terkadang berpengaruh pada penguasaan matematika, kesemuanya ini atau sebagian adalah kesulitan yang tidak sesuai tingkat umurnya.
Disleksia bukan keterlambatan perkembangan atau kesalahan pola asuh. Dapat menimpa anak dengan IQ normal bahkan di atas normal. Biasanya performance IQ dan IQ verbal berbeda sampai 10 digit. 23-65% orangtua disleksia akan memiliki anak disleksia juga.
Anak disleksia dapat mulai di observasi pada saat TK, atau pengenalan huruf dan angka. Ciri spesifik adalah sering tertukar huruf m,n, b, d, p, angka 1, 7, 6, 9. Dapat diamati juga pada saat menulis yang sering terbalik arah untuk angka atau huruf tertentu. Anak disleksia sulit melabel huruf, angka, warna, dan objek.
Membaca adalah tugas dari otak kiri. Pada anak-anak disleksi ukuran otak kanan dan kiri tidak seimbang, terjadi hambatan oksigen dan darah yang menuju otak kiri.
Anak disleksia sangat sulit mengeja-membaca silabel (suku kata) baginya lebih mudah mempelajari kata secara langsung.
Anak disleksia mengalami delayed auditory processing, ia kesulitan mendeteksi suara target di tengah kebisingan. Contoh kata "makan" matanya telah melihat huruf "m" tapi auditorinya belum sampai, ketika matanya sampai huruf "n" auditorinya baru sampai "m".
Walau tampak sulit, setiap anak disleksia bisa survive asal kita orang dewasa membantunya menemukan strategi yang tepat. Sekali lagi Disleksia tidak dapat disembuhkan, tapi dapat diakali.
Apa yang biasanya dilakukan?
- Telusuri kesulitan membaca di keluarga besar, ingat kalau disleksia adalah diturunkan, dan temukan solusi strategi yang dipakai oleh penderita dewasa.
- Metoda untuk membaca ada banyak, jadi jika memang kesulitan di metoda mengeja, pasti orangtua mesti waspada, dan mulai pakai teknik lain. Jangan jalan di tempat.
- Gunakan area kekuatan disleksia sebagai sarana belajar. Anak disleksia biasanya kuat di kemampuan artistik, musik, visual-spatial 3 dimensi, imajinasi, keterampilan mekanika, dan konsep matematika. Area kekuatan ini pun dapat menjadi sarana pengembangan anak untuk menjenjang karir berikutnya.
- Anak sejak kelas 1 SD pertengahan mulai dipahamkan bahwa ia mengalami kesulitan belajar spesifik (tentunya dengan bahasa anak) dan jelaskan tujuan kita bersama adalah menemukan strategi. Anak disleksia yang mencapai kematangan pada umurnya akan mulai menyadari ia berbeda dengan teman sebayanya, dan momen itu tepat untuk mulai memberitahukan masalah sebenarnya, tidak perlu ditutup-tutupi.
- Bekerjasama dengan semua komponen pembelajar. Biasanya di sekolah akan digunakan gaya belajar multimodalitas, tapi ini tidak cukup karena anak disleksia butuh pengulangan di rumah. Belajar!! Itu yang mesti dilakukan orangtua yang memiliki anak disleksia, belajar bagaimana caranya menyampaikan suatu materi dengan cara multimodalitas (gaya visual-kinestetik-auditori mesti lengkap).
- Punya jam membaca paling sedikit 30 menit.
- Setting ruangan sangat penting, awalnya ruangan harus bebas dari segala macam bentuk gangguan misal minimalkan pajangan, anak tidak menghadap jendela, bebas suara mengganggu, pembelajaran individu, dsb. Setting ruanga bertahap di rubah sesuai tahap kemajuan anak.
- Sekali lagi setiap anak unik, termasuk disleksianya pun unik. Petakan sejauh apa disleksianya. Bantuan psikolog, guru menjadi penting. Biasanya sekolah inklusi telah menyediakan paket lengkap guru inklusi dan psikolog untuk setiap anak. Berkomunikasilah dengan pihak terkait secara intensif.
- Berbahasa adalah kemampuan sejak lahir, kekeliruan yang sering terjadi adalah menunggu perkembangan bahasa sesudah dapat membaca. Itu keliru!!! Membaca adalah salah satu cabang berbahasa dan perlu dipelajari. Jadi jangan tunda perkembangan bahasa anak dan meremehkannya.
No comments:
Post a Comment