Stres, Kaitan Stres dengan Psikologi Lingkungan, Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari.
- Definisi
Stress didefinisikan sebagai proses dengan kejadian lingkungan yang mengancam atau hilangnya kesejahteraan organisme yang menimbulkan beberapa respon dari organisme tersebut. Respons ini bisa dalam bentuk coping behavior (tingkah laku penyesuaian) terhadap ancaman. Kejadian-kejadian lingkungan yang menyebabkan proses ini disebut sebagai sumber stress (stressor) yang antara lain berupa bencana alam dan teknologi, bising, dan commuting, sedangkan reaksi yang timbul karena adanya stressor disebut respons dari stress (stress response).
Respons terhadap stress dicirikan dengan perubahan emosional, tingkah laku langsung terhadap pengurangan stress, dan perubahan psikologis seperti meningkatnya arousal. Proses ini meliputi seluruh bagian dari situasi, yaitu ancaman itu sendiri, persepsi terhadap ancaman, coping (penyesuaian) dengan ancaman, dan pada akhirnya beradaptasi dengan hal tersebut.
-
- Bagian dari Stress
-
Ada tiga bagian dari stress, yaitu:
-
-
- karakteristik dari sumber-sumber stress (characteristics of stressors)
- penilaian terhadap sumber-sumber stress (appraisal of stressors) à stress yang terjadi pada seseorang dapat meningkat tergantung pada bagaimana mereka menginterpretasikannya.
- respons terhadap stress yang terjadi (stress response) à termasuk kecemasan, depresi, sakit, penarikan diri, dan agresi.
-
-
- Karakteristik dari Stressor (characteristics of stressors)
Beberapa kejadian lingkungan dapat mengancam sebagian besar orang, dan yang lainnya mengancam golongan yang lebih kecil atau bahkan hanya dialami oleh seseorang. Kemungkinan suatu kejadian menjadi penuh sterss (stressful) ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk karakteristik dari kejadian yang spesifik dan cara individu menilai kejadian tersebut.
Lazarus dan Cohen (1977) membuat tiga kategori sumber stress lingkungan, yaitu:
-
-
-
- Cataclysmic Events
-
-
-
Cataclysmic events merupakan stressor yang besar sekali dan mempunyai beberapa karakteristik. Biasanya terjadi secara tiba-tiba dan memeberikan sedikit atau bahkan tidak ada peringatan ketika kejadian itu akan datang. Stressor ini mempunyai pengaruh yang kuat bagi sejumlah besar orang dan biasanya memerlukan banyak sekali usaha untuk penyesuaian yang efektif. Stressor ini dapat berupa bencana alam, perang atau bencana nuklir, yang ke semuanya tidak dapat diprediksi dan ancaman-ancaman yang sangat kuat yang secara umum mempengaruhi segala sesuatu yang ada di sekitar bencana tersebut.
Cataclysmic events biasanya terjadi secara tiba-tiba sehingga onset yang sangat kuat dari kejadian-kejadian seperti itu pada awalnya dapat menimbulkan respons ketakutan dan kebingungan dari korban (Miller, 1982; Moore, 1958). Dalam keadaan ini, sulit untuk melakukan coping dan boleh jadi tidak ada pertolongan dengan segera. Bagaimanapun, periode berat yang mengancam seperti itu (tetapi tisak selalu) berakhir secara cepat dan membutuhkan pemulihan.
Beberapa keistimewaan cataclysmic events adalah dalam manfaatnya untuk proses coping yang berpengaruh pada sejumlah besar individu. Afiliasi dengan yang lain dan berbagi rasa serta pendapat dengan orang lain diidentifikasi sebagai gaya coping yang penting terhadap ancaman-ancaman tersebut (McGrath, 1970; Schachter, 1959). Dukungan sosial seperti ini cukup berpengaruh dalam kondisi stressful (Cobb, 1976). Dengan kata lain, keberadaan orang lain di sekitar kita untuk memberikan dukungan, berbagi rasa serta pendapat dan bentuk bantuan lain dapat mengurangi pengaruh negatif dari stressor. Karena individu dapat berbagi distress mereka dengan yang lain yang mengalami kesulitan yang sama. Beberapa studi menunjukkan bahwa ada kohesi diantara individu-individu tersebut (Quarantelli, 1978). Tentu saja, ini tidak selalu terjadi dan penduduk tidak dapat bersama-sama melawan stressor dalam waktu yang terbatas. Ketika stressor berlangsung dan tidak menemukan cara pemecahannya, maka jenis masalah yang berbeda akan timbul.
-
-
-
- Personal Stressors
-
-
-
Personal stressors sejenis dengan cataclysmic events, tetapi dampaknya hanya mengenai satu orang tertentu atau beberapa orang dalam jumlah terbatas dan boleh jadi tidak diharapkan. Misalnya sakit, kematian orang yang dicintai, atau kehilangan pekerjaan. Kejadian ini cukup kuat untuk menantang kemampuan adaptasi yang sama pada cataclysmic events. Seringkali besarnya, durasi dan letak dari pengaruh yang kuat pada cataclysmic events dan personal stressors adalah sama seperti kematian dan kehilangan pekerjaan.
-
-
-
- Daily Hassles
-
-
-
Daily hassles merupakan stressor dalam bentuk problem yang terjadi setiap hari dan berulang-ulang, serta tidak terlalu memerlukan daya penyesuaian diri yang terlalu besar. Stressor ini sifatnya stabil dan intensitas masalah yang dihadapi rendah karena sebagai bagian dari suatu rutinitas. Daily hassles mencakup antara lain ketidakpuasan dalam pekerjaan, kesulitan keuangan, pertengkaran dengan tetangga, dan masalah transportasi dalam kota. Daily hassles memang relatif ringan dibandingkan dengan jenis stressor yang lain. Efeknya bertahap, tetapi karena sifatnya kronis dapat juga membawa akibat jangka panjang yang fatal.
Satu atau lebih latar belakang stressor mungkin tidak cukup menyebabkan kesulitan penyesuaian yang besar. Namun, ketika sejumlah hal terjadi secara bersama-sama dapat menentukan dengan tepat kerugian yang lebih besar dan mungkin seserius pada cataclysmic events atau stressor personal. Pemaparan yang biasa, tetapi dalam jangka waktu yang panjang membutuhkan respons penyesuaian yang lebih.
- Penilaian Terhadap Stressor (appraisal of stressors)
Tingkat pandangan orang mengenai kejadian yang penuh dengan stress ditentukan melalui penaksiran/penilaian. Selama proses penaksiran, semua informasi dianggap penting, dan keputusan diambil jika kira-kira berbahaya, mengancam, dan sejenisnya. Beberapa tipe penaksiran yang berbeda mungkin terjadi. Penaksiran dilakukan terpusat pada kerusakan yang terjadi.
Ada beberapa faktor yang diidentifikasikan sebagai pengaruh penaksiran kita terhadap stressor lingkungan, diantaranya kondisi situasional, individual differences, dan variabel lingkungan, sosial, dan psikologis. Penaksiran terhadap stressor didasarkan pada sifat-sifat situasi, sikap terhadap stressor atau sumbernya, individual differences dan lain-lain.
Gaya penanggulangan (coping) atau pola kepribadian juga mempengaruhi seseorang dalam melihat permasalahan dan menentukan tipe penanggulangan yang akan dipakai. Jenis gaya penanggulangan (coping) yang dapat digunakan antara lain, represi-sensitivitas (tingkatan dimana orang berpikir tentang stressor), screening (kemampuan seseorang untuk menolak stimuli atau memprioritaskan kebutuhan), dan penolakan (tingkat seseorang untuk menolak atau menyadari suatu masalah).
Studi oleh Baum (1982) mengatakan bahwa individu yang menanggulangi secara berlebihan dengan mengamati dan memprioritaskan kebutuhan akan lebih bisa mengurangi efek kepenatan daripada orang yang tidak melakukan cara ini. Glass (1977) telah mendeskripsikan relevansi coping stress. Individu yang menerapkan pola kepribadian tipe A adalah mereka yang merespons stress dengan cara pengontrolan stress dan mempunyai treatment tersendiri.
Stress dapat mempengaruhi kesehatan antara lain tekanan darah. Apabila individu sering stress, maka individu tersebut berpeluang besar untuk mengalami penyakit jantung. Kontrol perasaan adalah mediator stress yang penting, yang dapat menyebabkan seseorang dapat mengontrol stress dan memprediksikan apa yang akan terjadi.
Mengumpulkan informasi tentang penyebab stress, dapat membantu memprediksikan langkah yang harus ditempuh. Misalnya, stress yang berhubungan dengan operasi. Pasien akan khawatir dirinya akan sembuh atau justru makin parah. Stress pasien dapat dikurangi dengan memberi harapan bagus. Studi yang lain mengungkapkan bahwa pemberian harapan yang kuat terhadap penderita stress dipercaya dapat mengurangi stress.
- Karakteristik Respons Stress
Ketika penaksiran sebuah penyebab stress sudah dibuat oleh individu maka respons dapat ditentukan dengan baik. Misalnya, apabila ada sebuah peristiwa yang dianggap berbahaya/mengancam, akan menimbulkan respons stress berupa ketegangan. Dengan kata lain, menafsirkan sesuatu yang negatif/bahaya, dapat menghasilkan respons yang kita siapkan lebih hati-hati. Dalam hal ini, respons stress juga melibatkan proses fisiologis.
Kadar epinefrin yang banyak pada tubuh kita dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap adaptasi dan dapat memberikan keuntungan secara biologis. Efek psikologis yang berperan antara lain, merefleksikan konsekuensi adaptasi. Calhoun (1967,1970) mengungkapkan bahwa ada sebuah periode keras kepala (refractory periode) dimana suatu individu berada pada keadaan yang sembuh dari stress. Namun apabila refactory periode dicampur dengan periode lain, justru akan menambah stress. Misalnya apabila kita sakit kepala dan kita minum obat, maka stress kita juga bertambah.
-
- Teori Stress Lingkungan (Environment Stress Theory)
-
Teori stress lingkungan pada dasarnya merupakan aplikasi teori stress dalam lingkungan. Berdasarkan model input proses output, maka ada 3 pendekatan dalam stress, yaitu : stress bagi stressor, stress sebagai respon atau reaksi, dan stress sebagai proses. Oleh karenanya, stress terdiri atas 3 komponen, yaitu stressor, proses, dan respon. Stressor merupakan sumber atau stimulus yang mengancam kesejahteraan seseorang, misalnya suara bising, panas atau kepadatan tinggi. Respon stress adalah reaksi yang melibatkan komponen emosional, pikiran, fisiologis dan perilaku. Proses merupakan proses transaksi antara stressor dengan kapasitas dengan kapasitas diri. Oleh karenanya, istilah stress tidak hanya merujuk pada sumber stress, respon terhadap sumber stress saja, tetapi keterikatan antara ketiganya. Artinya, ada transaksi antara sumber stress dengan kapasitas diri untuk menentukan reaksi stress. Jika sumber stress lebih besar daripada kapasitas diri maka stress negatif akan muncul, sebaiknya sumber tekanan sama dengan atau kurang sedikit dari kapasitas diri maka stress positif akan muncul. Dalam kaitannnya dengan stress lingkungan, ada transaksi antara karakteristik lingkungan dengan karakteristik individu yang menentukan apakah situasi yang menekan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Udara panas bagi sebagian orang menurunkan kinerja, tetapi bagi orang lain yang terbiasa tinggal di daerah gurun, udara panas tidak menghambat kinerja.
Fisher (1984) melakukan sintesa pendekatan stress fisiologis dari Hans Selye dan pendekatan psikologi dari Lazarus, yang terlihat dalam bagan berikut ini :
Ada tiga tahap stress dari Hans Selye, yaitu tahap reaksi tanda bahaya, resistensi, dan tahap kelelahan. Tahap reaksi tanda bahaya adalah tahap dimana tubuh secara otomatis menerima tanda bahaya yang disampaikan oleh indera. Tubuh siap menerima ancaman atau menghindar terlihat dari otot menegang, keringat keluar, sekresi adrenalin meningkat, jantung berdebar karena darah dipompa lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat. Tahap resistensi atau proses stress. Proses stress tidak hanya bersifat otomatis hubungan antara stimulus respon, tetapi dalam proses disini telah muncul peran-peran kognisi. Model psikologis menekankan peran interpretasi dari stressor yaitu penilaian kognitif apakah stimulus tersebut mengancam atau membahayakan. Proses penilaian terdiri atas 2 yaitu : penilaian primer dan penilaian sekunder. Penilaian primer merupakan evaluasi situasi apakah sebagai situasi yang mengancam, membahayakan, ataukah menantang. Penilaian sekunder merupakan evaluasi terhadap sumber daya yang dimiliki, baik dalam arti fisik, psikis, sosial, maupun materi. Proses penilaian primer dan sekunder akan menentukan strategi coping (Fisher 1984) dapat diklasifikasikan dalam direct action (pencarian informasi, menarik diri, atau mencoba menghentikan stressor) atau bersifat palliatif yaitu menggunakan pendekatan psikologis (meditasi, menilai ulang situasi dsb). Jika respon coping ini tidak adekuat mengatasi stressor, padahal semua energi telah dikerahkan maka orang akan masuk pada fase ketiga yaitu tahap kelelahan. Tetapi, jika orang sukses, maka orang dikatakan mampu melakukan adaptasi. Dalam psroses adaptasi tersebut memang mengeluarkan biaya dan sekaligus memetik manfaat.
-
- Macam-Macam Sumber Stress Lingkungan
-
-
-
- Bencana Alam
-
-
-
-
-
Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba, merusak, berhenti, secara tiba-tiba dan membutuhkan usaha yang besar untuk menanggulanginya. Bencana alam meliputi hamper semua kejadian yang terjadi di alam semesta. Tidak semuanya diakibatkan oleh perilaku manusia, namun akibatnya dapat bertambah ataupun dikurangi dengan beberapa perilaku.
Definisi tentang bencana alam termasuk seluruh keadaan cuaca yang ekstrim (panas, dingin, badai, tornado, dll). Gempa bumi, letusan gunung, tanah longsor, longsoran salju, juga termasuk bencana alam, tetapi dapat juga diakibatkan oleh pengolahan bumi oleh manusia.
Apabila komunitas rusak, kita menjadi tidak leluasa untuk betingkah laku dan dapat menimbulkan reaksi yang negative. Semakin banyaknya masalah yang dihadapi oleh individu, dapat mengakibatkan pikiran kita menjadi pendek. Apabila individu makin tertekan, maka semakin kehilangan kebebasan dan selalu menyendiri. Apabila bencana ini berlarut-larut, maka individu tersebut akan minder yang mengakibatkan stress. Bencana masal dapat membuat korban kehilangan semuanya, sehingga koban cenderung berperilaku apatis, susah diatur dan emosional.
-
-
-
-
-
- Bencana Teknologi
-
-
-
-
-
Untuk memperluas pengetahuan kita terhadap lingkungan dan adaptasi kita terhadap bahayanya telah dicapai melalui kemajuan teknologi. Peningkatan kualitas hidup, perpanjangan hidup, penguasaan terhadap penyakit, dan sejenisnya itu berdasarkan pada jaringan teknologi yang telah kita ciptakan. Mesin-mesin, struktur dan hasil karya manusia yang lain yang kita terapkan ke lingkungan tidak secara parallel dijamin bisa membantu. Umumnya mesin menyelesaikan pekerjaan atas control manusia. Bagaimanapun juga, jaringan ini bisa saja gagal, dan bisa saja aa yang salah sebab itu, kita mengalami gangguan sebuah kota. Misalnya kebocoran bahan kimia beracun dan pembuangan sampah, kebocoran bendungan dan jembatan roboh.
-
-
-
-
- Karakteristik Bencana Tekonolgi
-
-
-
-
Pada hal-hal tertentu, bencana teknologi menunjukkan ciri yang sama dengan kerusakan alam. Bisa akut dan sangat tiba-tiba, seperti pada sebuah kebocoran bendungan dan penggelapan. Kecelakaan teknologi ini biasanya singkat dan efek buruknya pun terlalu cepat berlalu. Akan tetapi, bencana teknologi yang lain itu kronis.
Bagi seseorang yang terkena efeknya, dampak terburuk tidak langsung tampak dan tidak teridentifikasi dengan mudah, sebuah keputusan tentang hal yang tidak jelas bisa menimbulkan banyak persoalan.
Menariknya, bencana teknologi ini mungkin lebih mengancam perasaan kita tentang control daripada hanya sebuah bencana alam. Hal ini merupakan sebuah paradoks dimana bencana alam itu tidak bisa dikontrol dan kita tidak pernah berpikir untuk mengendalikannya. Bencana-bencana teknologi yang terjadi biasanya karena kurangnya control pada sesuatu yang biasanya berjalan baik.
Hal ini mungkin saja terjadi jika kita teledor, hal ini juga untuk menguji kemampuan kita mengontrol suatu kejadian di masa yang akan dating. Kejadian ini sebenarnya tidak harus terjadi , karena mesin-mesin yang diciptakan tidak didesain untuk melakukan kesalahan dan ada tanda-tanda ketika terjadi sebuah kerusakan. Jadi, kecelakaan pada pembangkit tenaga nuklir juga tidak harus terjadi, limbah beracun juga tidak seharusnya bocor. Tapi hal ini ternyata terjadi , dan hal ini dapat menimpa siapa saja. Mungkin kita juga sring berpikir dimana ledakan selanjutnya akan terjadi?, pesawat mana yang akan bertabrakan?, Limbah mana yang akan menyebar?, dan lainnya. Ketika pemikiran itu bersifat spekulatif, ini menimbulkan tafsiran yang macam-macam mengenai bencana teknologi. Kejadian ini dapat mengurangi keyakinan umum dan menimbulkan stress (Davidson, Baum dan Collins, 1982).
Contoh stres dalam kehidupan sehari-hari .
seorang individu yang baru pindah ke sekolah baru mengalami stres akibat tidak nyamanya ia disekolah barunya karena lingkungannya yang menurutnya tidak menyenangkan.
pengguna jalan sedang terjebak macet kemudian mengalami peningkatan detak jantung, telapak tangan berkeringat hingga kram perut, bisa dipastikan itu terkena traffic stress syndrom atau TSS (sindrom stres akibat macet). Laki-laki lebih mudah terkena sindrom ini ketimbang wanita.
sumber : http://niandre7lovely.wordpress.com/2009/07/08/stress-lingkungan-dan-penanggulangannya/
1 comment:
bagus bwt tugasku
Post a Comment