-->

Tuesday, December 29, 2009

TEMPER TANTRUM


TEMPER TANTRUM


 
Dessy seorang anak TK. Hampir setiap hari ia menangis meraung-raung disekolah ketika ditinggal oleh ibunya. Ia menangis dan mejerit-jerit dalam waktu yang cukup lama sebelum akhirnya berhenti dengan sendirinya. Sedangkan, Lita anak usia playgroup. Setiap hari disekolah, dari pagi hingga siang ia menangis terus, kadang keras, kadang pelan, sambil tetap memeperhatikan gurunya.

            Temper Tantrum adalah letupan anak yang terdiri atas gabungan menangis tanpa kendali, menjerit, melempar barang, membuat tubuh kaku, serta sering kali berguling-guling dilantai dan tidak mau beranjak dari tempat tertentu. Tidak jarang para orang tua terus menahan malu karena anaknya menangis tidak mau diam ditempat umum. Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energy berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap “sulit”, dengan cirri-ciri sebagai berikut :

1.        Memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar tidak teratur
2.       Sulit menyukai situasi, makanan, dan orang baru
3.       Lambat beradaptasi terhadap perubahan
4.       Mood-nya (suasana hati) lebih sering negative
5.       Mudah terprovokasi, gampang merasa marah atau kesal
6.       Sulit dialihkan perhatian

Beberapa contoh perilaku tantrum menurut tingkat usia.

è Di bawah usia tiga tahun :
·         Menangis
·         Menggigit
·         Menendang
·         Menjerit
·         Melempar benda kelantai
·         Melempar-lempar barang
·         Dan sebagainya

è Usia tiga – empat tahun :
·         Menghentak-hentakan kaki
·         Berteriak-teriak
·         Meninju
·         Membanting pintu
·         Mengkritik
·         Merengek
·         Dan sebagainya


è Usia lima tahun keatas :
·         Memaki
·         Menyumpah
·         Memukul kakak, adik, atau temannya
·         Mengkritik diri sendiri
·         Mengancam
·         Dan sebagainya


Faktor penyebab utama dari tantrum pada umumnya sebagai berikut :
1.        Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri membuat orang tua atau orang lain tidak mengerti maksudnya sehingga anak menjadi frustasi
2.       Keinginan mencari perhatian
3.       Rasa lelah lapar atau kondisi yang tidak menyenangkan
4.       Kesalahan pola asuh orang tua
5.       Perkembangan pribadi anak sebelum usia 2 tahun, anak mulai mengembangkan rasa mandiri sebagai wujud kemampuan, ia mengontrol lingkungannya, meskipun ia belum mampu untuk melakukan apa saja yang dilakukan orang tua.

Hal-hal lain yang menyebabkan kebiasaan temper tantrum ini muncul dalam diri anak, diantaranya sebagai berikut :
1.        Setiap anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri.
2.       Anak baru menemukan “akunya” sehingga ketika keinginannya bertentangan dengan orang tuanya, ia menunjukkan perilaku ini sebagai senjata untuk memaksakan keinginana kepada orang tua agar menuruti dirinya.
3.       Perlakuan yang tidak konsisten dari orang tua atau orang lain disekitarnya, terutama dalam penanaman disiplin, akan membuat anak lebih mudah memiliki kebiasaan ini.
4.       Orang tua yang terlalu sering memaksa aak untuk melakukan sesuatu padahal anak sedang sibuk bermain, akan membuat anak merasa jengkel dan marah sehingga memunculkan kebiasaan ini.
5.       Anak-anak memiliki keterblakangan mental juga seringkali menunjukkan kebiasaan ini karena ia tidak bisa atau sulit mengutarakan keinginannya dan membuat orang lain memahami keinginanya tersebut. Jalan satu-satunya yang bisa dilakukan adalah prilaku seperti ini.

Kebiasaan temper tantrum ini cukup memusingkan orang tua. Anak akan lebih sering melakukan kebiasaan ini jika ia mengetahui bahwa dengan cara ini keinginanya akan terpenuhi. Enghilangkan kebiasaan ini tentunya sulit, tetapi mengurangi frekuensi temper tantrum ini dapat diusahakan dengan melatih anak secara continue. Dari pengurangan frekuensi tadi, akan menghilangkan kebiasaan buruk ini dari dalam diri anak.

Mencegah temper tantrum :



1.        Sederhana : hindari penyebabnya. Selalu sedia makanan ringan favorit anak agar tidak mengamuk karena kelaparann, jaga lingkungan agar ia tidak kepanasan, dan ajak ketempat lain atau melakukan hal lain saat menunjukkan kebosanan. Usahakan anak bisa tidur saat ia lelah, jangan paksa ia mengikuti kegiatan orang tua yang super padat.
2.       Perhatian, perhatian, perhatian, kadang orang tua tidak bisa memeberikan perhatian, misalnya disaat menyiapkan makan malam padahal itu justru pada saat anak mengantuk dan ingin ditemani. Memberikan banyak perhatian bukan berarti emmanjakannya, kadang perhatian berupa omelan pada saat ia mengamuk. Lebih baik daripada tidak mendapat perhatian sama sekali.
3.       Berikan kepercayaan dan kebebasan untuk melakukan apa yang diinginkannya, sejauh itu tidak berbahaya.
4.       Bagaimana dengan hal-hal yang dilakukan ? berikan ia pilihan yang masih diterima, daripada memaksanya melakukan sesuai kemauan orang tua.

Menghadapinya dengan penuh ketenangan dan kesabaran serta pengertian orang tua terhadap perasaan anak saat itu, akan memudahkan anak engurangi kebiasaan temper tantrum. Sebaliknya, kekerasan hati orang tua dalam menghadapi tantrum anak, justru akan embuat perilakunya menjelma sebagai kebiasaan yang tidak terkendalikan.



2 comments:

=cimimomo= said...

hai. thanks sebelumya info tentang temper tantrum.
bagaimana ya seharusnya orang tua membantu anak untuk keluar dari masalah temper tantrum?

Putrii Kumala Dewii said...

hai juggaa .
iiaa masaamaa .
makasihh juga udahh comment diblog sayaa :)

yang saya tauu yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anak keluar dari masalah temper tantrum adalahh :

1. bersikap tenang dalam menghadapii perilaku tantrumm ini . orangg tua sebaiknya bersikap wajar.tenang serta tidak terepngaruh dan terpancingg untuk jengkell ataau marahh . ketenangan dan pengertian akan perasaan anak akan emudahkan anakk mengurangi frekuensi tantrumnya ..

2. memeberikan arahan setelahh reda. tidakk berargumentasi kepadaa anak saat ia masih histeris.

3. tidak sekali-kali menjanjikan anak membelikan sesuatu untuk mengatasi aksi mengamuknya. biarkan anak belajar mengerti bahwa walaupun ibu sangat mengerti perasaan amarahnya dan sangat menyayanginya, ibu jugaa tetap tidak dapat menerima perilaku amuknyaa ..

thankiess dear :)